Berbagi Pengalaman

Berbagi pengalaman (1) Jadi Anak Warnet


Yuhuu, selamat datang bagi para pengunjung blog, baik yang tidak sengaja masuk lewat googling maupun yang sengaja mau meluangkan waktu sejenak di blog ini. Hehehe. Pada artikel sebelumnya, saya lebih sering mengulas artikel mengenai teater, game, hiburan, dll. Nah, pada kesempatan kali ini, saya ingin share dan semoga bermanfaat bagi rekan-rekan.

Mungkin sebagian dari kalian pernah mengalami apa yang terjadi dalam dunia kerja, termasuk saya. Sebelum saya masuk ke Perguruan Tinggi Kedinasan, saya bekerja sebagai operator warnet di salah satu Kota Sukabumi. Kok kerja ? Nah gini temen-temen. Pasca lulus SMA saya berusaha dengan maksimal untuk masuk ke Perguruan Tinggi Kedinasan yang saya minati saat itu, ada total 4 sekolah Perguruan Tinggi Kedinasan yang saya coba, dan berakhir dengan kegagalan satu persatu.

Karena nihilnya hasil yang saya terima, pasca ujian masuk. Saya sempat berpikir, lanjut ke perguruan tinggi swasta, les, atau kerja. Dari tiga pilihan itu, dengan pemikiran yang cukup matang, pada akhirnya saya lebih memilih ke dunia kerja dengan resiko, kemampuan akademik kemungkinan akan turun karena jika bekerja otomatis waktu belajar kosong. Dan terbukti, lebih dari 6 bulan semenjak Agustus 2010 hingga Februari 2011, saya sama sekali tidak membuka buku SMA. (Please, dont try at home, hhe). Ya 6 bulan waktu bekerja itu bagaikan penurunan kualitas kemampuan saya dalam hal akademik.

Kerja sebagai operator warnet selama 6 bulan, tidak mudah sepandang kasat mata. Mungkin rekan-rekan melihat pekerjaan operator warnet, hanya duduk manis di depan pintu dan bertugas sebagai kasir pembayaran para user. Tidak cukup hanya itu. 😀 dari pekerjaan operator warnet, saya dituntut untuk menjaga barang-barang yang berada di warnet, menjaga ketentraman, menjaga sopan santun (tentunya), menjaga ini dan itu. Selain itu, saya sebagai operator warnet, harus sudah siap mental menerima semprotan keluh kesah dari berbagai pelanggan, tentang loading lama, headset gak nyala, web cam ga jalan, print out jelek, bla, bla, dan bla. Sabar. Ya itulah kuncinya menghadapi para pelanggan, ahha.

Pelanggan di warnet saya memang dari berbagai umur, gender, sifat, sikap yang berbeda satu sama lain. Dari itu semua, saya harus bisa menyesuaikan dengan berbagai karakter orang bahkan rasanya sedikit demi sedikit, saya dapat memahami karakter orang sesuai penampilannya. Oke saya potong, mungkin dari rekan-rekan belum pada tau tentang halk ini, saya sedikit kasih bocoran supaya rekan-rekan berhati-hati saat membrowsing di warnet. Si operator warnet dapat mengetahui apa yang dibuka oleh pelanggannya dari Billing Explorer, misal jika saya ingin mengetahui si A  sedang mengakses apa yang berada di komputer paling pojok dengan mudah saya klik “….” di Billing dan eng ing eng….. Saya tau apa yang dia buka, ahha.

Dari hal tersebut, saya mempelari karakter dari setiap muka pengunjung sebelum masuk warnet dan sesudah masuk warnet lalu saya bandingkan dengan situs yang telah si pelanggan buka. Sesuatu sekali. Ya, mungkin ada beberapa oknum, (mohon izin) yang membuka situs aneh-aneh. Tapi ironinya, saya menemukan kumpulan bocah SD dan malah terlihat seperti bocah TK sedang asik membuka situs parah untuk mereka lihat. Sumpah, saat baru pertama kali ada kejadian seperti itu saya kaget. Kok bisa rombongan bocah TK mengakses situs yang tidak seharusnya mereka akses. Dari kejadian itu, saya sebenarnya salah yang sampai saat ini saya menyesal tidak perbuat, yaitu saya tidak menegur mereka. Yang bisa saya perbuat saat itu hanyalah diam-diam mematikan komputer mereka dari PC Operator, ya walaupun sengaja saya matikan komputer mereka, parahnya mereka hidupkan dan mengaksesnya lagi. Ckckck.

Saat itu, saya hanya bisa prihatin. Sebenarnya ada niat buat sidak mereka dan melaporkan pada orang tua mereka, tetapi yah… saya hanya orang yang dikerjakan untuk menjaga ketertiban warnet, bukan menyidak oknum oknum cacat mental.

Dan merekapun terus dan terus berlanjut mengunjungi warnet tempat saya bekerja. Sampai saya keluar dari warnet itu, entah bagaimana kabar mereka. Semoga suatu saat mereka kepergok dan dapat pelajaran dari orang tuanya. Hohoho!!!

Oke ini baru cerita awal, cerita selanjutnya saya akan menceritakan kisah nyata konflik batin TERBESAR sepanjang saya hidup. Tunggu kisahnya, hihihi.

Ini foto yang diambil di mantan tempat kerja.

4 tanggapan untuk “Berbagi pengalaman (1) Jadi Anak Warnet”

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.